LAPORAN PENELITIAN
AYAM KAMPUNG DAN
ITIK
DESA TANJUNG PERING
KECAMATAN INDRALAYA
UTARA
KABUPATEN OGAN ILIR
SUMSEL
Nama Anggota
Kelompok 3:
Arni Windasari
(05111004030)
Desi Silitonga
(05111004026)
Elisabet Hutabarat
(05111004039)
Hamerwan (051110040
Hidayat Ruwansyah
(0511100430
Maestro Saragih
(05111004041)
Reymundus
(05111004038)
Sastrawan Ginting
(051110040
Wahyu Widarto
(05111004040)
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Desa
Tanjung Pering terletak di kecamatan Indralaya Utara, kabupaten Ogan Ilir,
Sumsel. Memiliki batas wilayah sebelah utara yang berbatasan dengan Payakabung (kec.Indralaya),
sebelah selatan yang berbatasan dengan Indralaya Raya (kec. Indralaya), sebelah
timur yang berbatasan dengan Timbangan (kec.Indralaya Utara), dan sebelah barat
yang berbatasan dengan Sejaro Sakti (kec. Indralaya Utara).
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) di desa Tanjung Pering kurang lebih 400 KK. Kebanyakan
masyarakatnya bermatapencaharian Pedagang, terutama dagang Kemplang dan
Kerupuk, ada juga PNS, dan sebagai mata
pencaharian sampingannya mereka memelihara hewan ternak seperti sapi, kerbau,
kambing, domba, ayam, itik, dan entok. Metode pemeliharaan hewan ternak
tersebut masih ternak hewan semi intensif, dimana ternak tersebut pada pagi
hari dilepaskan dan pada sore hari dikandangkan, dan makanannya kebanyakan
hanya diberi menir, jagung, dedak, dan ubi. Setelah hewan trnak tersebut tidak
berproduksi lagi, ada yang dipasarkan ada juga yang dikonsumsi sendiri.
B. Tujuan
Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui
sistem pemeliharaaan ayam kampung dan itik di Desa Tanjung Pering.
2.
Mengetahui
kendala apa saja yang sering dialami peternak hewan tersebut di Desa Tanjung
Pering.
3.
Mengetahui
tujuan pemeliharaan hewan tersebut serta pemasarannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam
Kampung
Peluang usaha ternak
ayam kampung memiliki nilai tersendiri di tengah gencarnya ternak ayam pedaging
(ayam ras). Ayam kampung disukai orang karena dagingnya yang kenyal dan
“berisi”, tidak lembek dan tidak berlemak sebagaimana ayam ras. Berbagai
masakan Indonesia banyak yang tetap menggunakan ayam kampung karena dagingnya
tahan pengolahan (tidak hancur dalam pengolahan). Selain itu daging ayam
kampung
memiliki keunggulan dibandingkan daging ayam broiler, karena kandungan nutrisi yang lebih tinggi . Bagian Daging dada ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga. Dagingnya mengandung 19 jenis protein dan asam amino yang tinggi
memiliki keunggulan dibandingkan daging ayam broiler, karena kandungan nutrisi yang lebih tinggi . Bagian Daging dada ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga. Dagingnya mengandung 19 jenis protein dan asam amino yang tinggi
Sekilas Tentang Ayam Kampung
Ayam kampung adalah
sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara
budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang
dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut.Ayam kampung tidak memiliki
istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung
bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan
pada umumnya.Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus. Aktifitas
penternakan ayam kampung telah ada sejak jaman dahulu
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha
beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai
kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam
kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : dengan membeli DOC ayam kampung
langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau
membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik
secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan
sisi negatip dan positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan
memerlukan halaman yang panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang
sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat
dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan
mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
2. Pakan
Kita ketahui bersama
bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha.
Pakan untuk ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit
kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan
yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif
seperti sisa dapur/warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain
sebagainya. Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita
tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK)
sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur
adalah sebagai berikut :
7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
74 gram/per hari sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak
terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan
vitamin+antibiotika.
3. Perkandangan
Syarat kandang yang
baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar
matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih
lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar
angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.
Penyucihamaan kandang
dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan
menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu
sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai
produsen pembuatan obat.
Ukuran kandang :
tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya
lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang
perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter
persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2
minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.
Bentuk kandang yang
dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri
dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap
monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai
ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam
kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase
finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok
(dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar.
Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher
digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.
4. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen atau
tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu
usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang
berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila
manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada
ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol
pakan dan kesehatan
Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman
berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol
pakan dan kesehatan dengan ketat
Model pemeliharaan ternak ayam kampung secara intensif
lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit.
Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara beternak secara intensif, akan
tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.
5. Pengendalian Penyakit
Hal yang tak kalah
pentingnya adalah pengendalian penyakit. Kita semua akan setuju dengan
statement “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pencegahan penyakit dapat
dilakukan dengan tindakan antara lain :
·
Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang
dan manusianya
·
Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
·
Melakukan vaksinasi secara teratur
·
Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas
penyakit
·
Manajemen pemeliharaan yang baik
·
Kontrol terhadap binatang lain
Berikut kami uraikan sedikit beberapa jenis penyakit
yang kerap menyerang ayam kampung :
a.
Tetelo (ND)
Penyebab
: paramyxivirus
Gejala
: ngorok dan batuk-batuk, gemetaran, kepala berputar-putar, kelumpuhan pada
kaki dan sayap, kotoran berwarna putih kehijauan.
Pencegahan
: vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, terhadap ayam yang terkena ND
maka harus dibakar.
Pengobatan
: belum ada
b.
Gumboro (gumboro disease)
Penyebab
: virus
Gejala
: ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu,
lemah dan malas bergerak, diare putih di sekitar anus.
Pencegahan
: vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang
Pengobatan
: belum ada
c.
Penyakit cacing ayam (worm disease)
Penyebab
: Cacing
Gejala
: pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam.
Pencegahan
: pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian
litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk
semang perantara.
Pengobatan
: pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin,
sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya
d.
Berak kapur (Pullorum)
Penyebab
: Bakteri Salmonella pullorum
Gejala
: anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada
bulu-bulu disekitar anus
Pencegahan
: mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin
penetas dan kandang
Pengobatan
: noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau lainnya
e.
Berak darah (Coccidiosis)
Penyebab
: protozoa Eimeria sp.
Gejala
: anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya
coklat campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi
atau sudut kandang.
Pencegahan
: mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa
juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
Pengobatan
: noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya
6. Pasca Panen dan Pemasaran
Pemasaran ayam
kampung pada dasarnya mudah karena disamping jumlah permintaan yang tinggi,
harga ayam kampung masih tergolong tinggi dan stabil, sedang produksi masih
terbatas. Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau sudah dipotong
(karkas). Rumah tangga, pengepul ayam, pasar tradisional, warung, supermarket
sampai hotel berbintang membutuhkan pasokan ayam kampung ini. Harga ayam
kampung hidup berkisar antara Rp 19.000 – Rp 22.000/ekor di tingkat peternak.
7. Pengelolaan Produksi
Sebagai seorang
peternak yang profesional maka perlu untuk menjaga agar produksi yang kita
lakukan dapat memenuhi standar kualitas dan kontinuitas produk. Maka diperlukan
pengelolaan atau pengaturan produksi agar usaha kita dapat berproduksi secara
kontinyu. Untuk kekontinuitasan peluang bisnis perlu pengaturan dan penjadwalan
secara teratur kapan DOC masuk dan kapan ayam di panen, karena hal itu lebih
disukai oleh pengepul atau mitra kerja kita daripada hanya sekali panen dalam
jumlah banyak. Tapi perlu diingat juga bahwa pengelolaan produksi sangat
terkait dengan modal, ketersediaan kandang, jumlah ketersediaan DOC, dan jumlah
permintaan ayam siap panen.
B. Bebek
Bebek mudah di ternakkan dan dipelihara. Banyak sekali
sumber daya yang bisa kita ambil dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan
kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging dan telur bebek sekarang
semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat lezat. Telurnya pun bisa
dibikin telur asin yang tak kalah lezat dengan dagingnya. Kebutuhan akan
ketersediaan daging dan telur
bebek ini sangatlah tinggi, nah inilah kesempatan Anda
karena bisnis ini masih sangat potensial untuk dijalankan.
Umumnya usaha
peternakan bebek ditujukan untuk bebek petelur. Namun peluang bebek pedaging
juga bisa diambil dari bebek jantan atau bebek betina yang sudah lewat masa
produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak bebek
sebagai fokus usaha.
Namun sebelum seorang
peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang
perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran hasil.
Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek
Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu
ke atas).
Masa produksi telur
yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata bebek lokal berkisar
antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, bebek
alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa
produksi telur hingga 68 minggu.
Pemeliharaannya tidak
membutuhkan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik dalam waktu 2-3
bulan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya
relatif lebih baik daripada bebek betina. Berat badan sampai saat dipotong
tidak kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan bebek jantan, dalam waktu yang
relatif singkat sud ah dapat dicapai
berat yang lebih dibutuhkan. Pemotongan pada umur yang relatif muda,
menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih
tinggi.
- Bebek Siap Telur = Rp 39.000,- S/d Rp 42.000,-
- DOD Betina = Rp 3700,-
- DOD Jantan = Rp 3200-
- Bebek Potong 1,2 kg s/d 1,3 kg = Rp 19.500,-
- Telur Tetas = Rp 1250,-
- Telur Konsumsi = Rp. 900,-
Usaha peternakan itik
di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat
memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu
diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik,
antara lain :
1. Seleksi Bibit
Bibit itik di
Indonesia dibagi dalam dua kelompok yaitu :
a. Itik Lokal
·
Ciri-ciri : warna bulu putih polos sampai cokelat
hitam, warna paruh dan kaki kuning atau hitam.
2). Itik Mojosari
(Mojosari Jawa Timur).
·
Ciri-ciri : warna bulu cokelat muda sampai cokelat
tua, warna paruh hitam dan kaki berwarna hitam.
3). Itik Alabio
(Amuntai Kalimantan Selatan).
·
Ciri-ciri : badan lebih besar dibandingkan dengan itik
Tegal.
b. Itik Persilangan
2. Pakan
a. Jenis Pakan :
jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dll.
b. Pemberian Pakan :
·
Umur 1 – 2 minggu 60 gr/ekor/hari.
·
Umur 3 – 4 minggu 80 gr/ekor/hari.
·
Umur 5 – 9 minggu 100 gr/ekor/hari.
·
Umur 10 minggu 150-180gr/ekor/hari.
·
3. Perkandangan
a. Lokasi Kandang
·
Jauh dari keramaian.
·
Ada atau dekat dengan sumber air.
·
Tidak terlalu dekat dengan rumah.
·
Mudah dalam pengawasan.
b. Bahan kandang bisa
terbuat dari kerangka kayu atau bambu, atap genteng dan lantainya pasir atau
kapur.
c. Daya tampung untuk
100 ekor itik :
·
Umur 1 hari – 2 minggu 1 -2 m.
·
Umur 1 – 2 minggu 2 – 4 m.
·
Umur 2 – 4 minggu 4 – 6 m.
·
Umur 4 – 6 minggu 6 – 8 m.
·
Umur 6 – 8 minggu 8 – 10 m.
Itik dara sampai umur
6 bulan 5 – 10 ekor/m.
4. Tatalaksana Pemeliharaan
a. Secara ekstensif
yaitu pemeliharaan yang berpindah-pindah.
b. Secara intensif
yaitu secara terus-menerus dikandangkan seperti ayam ras.
c. Secara semi
intensif yaitu dipelihara di kandang yanga ada halaman berpagar.
Perbandingan jantan
dan betina (sex ratio) adalah 1 : 10 dan dipilih ternak itik yang berproduksi
tinggi.
5. Kesehatan
a. Penyakit Berak
Kapur.
Penyebab : Bakteri
Salmonella Pullorum. Tanda-tanda : Berak putih, lengket seperti pasta.
b. Penyakit Cacing.
Penyebab : Berbagai
jenis cacing.
Tanda-tanda : Nafsu
makan kurang, kadang-kadang mencret, bulu kusam, kurus, dan produksi telur menurun.
Pencegahan: Kandang harus bersih, kering tidak lembab, makanan dan minuman
harus bersih dan sanitasi kandang.
c. Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan
vitamin B.
Tanda-tanda : Kaki
bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang
keluar air mata berlebihan.
Pencegahan :
Pemberian sayuran / hijauan dalam bentuk segar setiap hari.
6. Pasca Panen
b. Bebek dapat diolah
menjadi bebek panggang dll
c. Bulu dapat diolah
menjadi kerajinan
tangan
d. Tinja/kotoran itik
dapat menjadi pupuk.
BAB III
WAKTU DAN LOKASI
Waktu dan Lokasi:
·
Hari
dan Tanggal : Sabtu, 26 Mei 2012
·
Waktu : 13.00 s/d 16.00 WIB
·
Lokasi : Desa Tanjung Pering
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Arni windasari
Nama peternak: Bpk.saipuddin
Alamat:Tanjung pering, Dusun III, No. 38
Jumlah ternak: 20 Ekor, yang terdiri dari 4 ekor Jantan dan 9 ekor betina dan 7 anakan.
Fase pertumbuhan: 4 ekor jantan produktif, 2 ekor betina produktif, 7 ekor pullet, dan 7 ekor DOC.
Pakan: Menir dan Dedak
Sistem pemeliharaan: secara semi intensif. Untuk indukan dari bertelur, menetas, sampai anak berumur 3 minggu masih di kandangkan, setelah itu di lepas.
Produksi
Telur: HAD: 2 butir
PBB: 7 gram/hari @ekor
Penyakit yang sering menyerang pullorum (DOC) dan flu burung.
Kendala: kurang nya ketersediaan pakan, sehingga pertumbuhan kurang maksimal.
Pemasaran: konsumsi pribadi
DESI SILITONGA
Nama peternak: Bpk.Komar
Alamat: Tanjung pering, Dusun II, No.-
Jumlah ternak: 28 ekor Bebek ( belum termasuk anakan). Kira kira 9 ekor Jantan dan sisanya betina dan anakan.
Pakan: Nasi, dedak.
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Malam di kandang bambu dan pada siang hari di lepas.
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, musang maupun biawak.
Pemasaran: untuk konsumsi pribadi.
Nama peternak: Bpk.saipuddin
Alamat:Tanjung pering, Dusun III, No. 38
Jumlah ternak: 20 Ekor, yang terdiri dari 4 ekor Jantan dan 9 ekor betina dan 7 anakan.
Fase pertumbuhan: 4 ekor jantan produktif, 2 ekor betina produktif, 7 ekor pullet, dan 7 ekor DOC.
Pakan: Menir dan Dedak
Sistem pemeliharaan: secara semi intensif. Untuk indukan dari bertelur, menetas, sampai anak berumur 3 minggu masih di kandangkan, setelah itu di lepas.
Produksi
Telur: HAD: 2 butir
PBB: 7 gram/hari @ekor
Penyakit yang sering menyerang pullorum (DOC) dan flu burung.
Kendala: kurang nya ketersediaan pakan, sehingga pertumbuhan kurang maksimal.
Pemasaran: konsumsi pribadi
DESI SILITONGA
Nama peternak: Bpk.Komar
Alamat: Tanjung pering, Dusun II, No.-
Jumlah ternak: 28 ekor Bebek ( belum termasuk anakan). Kira kira 9 ekor Jantan dan sisanya betina dan anakan.
Pakan: Nasi, dedak.
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Malam di kandang bambu dan pada siang hari di lepas.
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, musang maupun biawak.
Pemasaran: untuk konsumsi pribadi.
Elisabet Hutabarat
Nama peternak: Ibu Ninalia
Alamat: Tanjung pering, Dusun III, No.92
Jumlah ternak: 17 Ekor, yang terdiri dari 2 ekor Jantan, 3 ekor induk, dan 12 ekor anakan.
Pakan: Menir
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Untuk indukan dari bertelur, menetas, sampai anak berumur 3 minggu masih di kandangkan, setelah itu di lepas.
Produksi
Nama peternak: Ibu Ninalia
Alamat: Tanjung pering, Dusun III, No.92
Jumlah ternak: 17 Ekor, yang terdiri dari 2 ekor Jantan, 3 ekor induk, dan 12 ekor anakan.
Pakan: Menir
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Untuk indukan dari bertelur, menetas, sampai anak berumur 3 minggu masih di kandangkan, setelah itu di lepas.
Produksi
PBB: 5 gram/hari @ekor
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung yang banyak mematikan populasi ternak tersebut.
Kendala: Kurangnya ketersediaan pakan.
Pemasaran: Di jual di pasar tradisional.
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung yang banyak mematikan populasi ternak tersebut.
Kendala: Kurangnya ketersediaan pakan.
Pemasaran: Di jual di pasar tradisional.
Hamerwan
Nama peternak: Ibu Yanti
Alamat: Tanjung pering, Dusun IV, No.23
Jumlah ternak: 25 ekor, yang terdiri dari 8 ekor Jantan, 8 ekor betina dan 9 anakan.
Pakan: Nasi dan beras
Sistem pemeliharaan: Semi intensif.
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Binatang- binatang buas, Anjing, dan Biawak. Sering menyerang ternak-ternak tersebut terutama yang masih DOC.
Pemasaran:Di jual di pasar Tradisional
Nama peternak: Ibu Yanti
Alamat: Tanjung pering, Dusun IV, No.23
Jumlah ternak: 25 ekor, yang terdiri dari 8 ekor Jantan, 8 ekor betina dan 9 anakan.
Pakan: Nasi dan beras
Sistem pemeliharaan: Semi intensif.
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Binatang- binatang buas, Anjing, dan Biawak. Sering menyerang ternak-ternak tersebut terutama yang masih DOC.
Pemasaran:Di jual di pasar Tradisional
Hidayat Ruwansyah
Nama peternak: Ibu Hanizah
Alamat: Tanjung pering, Dusun II, No.18
Jumlah ternak: 32 ekor Bebek ( belum termasuk anakan). Kira kira 13 ekor Jantan dan sisanya betina dan anakan.
Pakan: Nasi, dedak, dan keong sawah sebagai tambahan.
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Malam di kandang bambu dan pada siang hari di lepas.
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, musang maupun biawak.
Pemasaran:Di jual di pasar Tradisional
Maestro Saragih
Nama peternak: Ibu Siti
Alamat: Tanjung pering, Dusun IV, No.02
Jumlah Ternak: 18 ekor
Pakan: Nasi, dedak, dan keong sawah sebagai tambahan.
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. .
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, serta pakan yang kurang memadai..
Pemasaran:Dijual di pasar Tradisional
Nama peternak: Ibu Hanizah
Alamat: Tanjung pering, Dusun II, No.18
Jumlah ternak: 32 ekor Bebek ( belum termasuk anakan). Kira kira 13 ekor Jantan dan sisanya betina dan anakan.
Pakan: Nasi, dedak, dan keong sawah sebagai tambahan.
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Malam di kandang bambu dan pada siang hari di lepas.
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, musang maupun biawak.
Pemasaran:Di jual di pasar Tradisional
Maestro Saragih
Nama peternak: Ibu Siti
Alamat: Tanjung pering, Dusun IV, No.02
Jumlah Ternak: 18 ekor
Pakan: Nasi, dedak, dan keong sawah sebagai tambahan.
Sistem pemeliharaan: Semi intensif. .
Produksi:
Telur:
PBB:
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, serta pakan yang kurang memadai..
Pemasaran:Dijual di pasar Tradisional
Reymundus Yodi Arya Yananto
Nama Peternak:
Ibu Cik Nah
Jumlah ternak: 20 ekor, yang terdiri
dari 2 ekor jantan, 7 ekor betina, dan 11 ekor anakan.
Pakan: Nasi dan
makanan sisa lainnya
Sistem pemeliharaan: Semi intensif
Produksi
Telur:-
PBB: 5 gram/hari
@ekor
Penyakit yang
sering menyerang: Flu burung
Kendala: kurangnya ketersediaan pakan
sehingga ayam mudah sakit
Pemasaran: Dijual ke pasar dan ke
penduduk sekitar desa.
Sastrawan Ginting
Nama Peternak: Bpk.Iksan
Alamat: Tanjung Pering, Dusun III, No.27
Jumlah Ternak: 17 ekor, yang terdiri dari
1ekor jantan, dan 16 ekor Betina.
Pakan: dedak dan Nasi
Sistem Pemeliharaan: Semi intensif
Produksi
Telur: -
PBB:-
Penyakit yang sering menyerang: Lumpuh pada
tarsus metatarsus
Kendala: Lumpuh ketika beranjak dewasa karena
kurangnya Kalsium dan Fosfor
Pemasaran: dijual ke pasar dan ke penduduk
sekitar
Wahyu Widarto
Nama Peternak: Ibu Mestipa
Nama Peternak: Ibu Mestipa
Alamat: Tanjung Pering, Dusun IV, No.124
Jumlah Ternak: 15 ekor, yang terdiri dari 3
ekor jantan, 4 ekor betina, dan 8 anakan.
Pakan: Nasi dan Beras
Sistem Pemeliharaan: Semi intensif
Produksi
Telur: 2 butir/hari
PBB: 6 gram/hari @ekor
Penyakit yang sering menyerang: Flu burung
Kendala: banyaknya binatang pemangsa seperti biawak dan anjing
Kendala: banyaknya binatang pemangsa seperti biawak dan anjing
Pemasaran: dijual ke penduduk sekitar
B. Pembahasan
Pemeliharaan
hewan ternak di Desa Tanjung Pering dominan sistem pemeliharaannya secara semi
intensif. Dimana hewan ternak tersebut dikandangkan pada sore hari sampai malam
dan dilepas pada pagi hari. Pemberian pakan pada hewan kurang karena
ketersediaan pakan yang terbatas. Hal ini disebabkan pemeliharaan ayam kampung
maupun itik di desa ini masih sebagai pekerjaan sampingan dan bahkan sekedar
hobi. Penyakit yang paling sering menyerang dan memberi pengaruh besar pada
lemahnya produksi ternak maupun populasi ternak adalah penyakit flu burung.
Selain itu, kendala yang sering dialami adalah banyaknya binatang pemangsa,
seperti biawak, anjing, dan musang. Setelah hewan ternak mencapai masa
produksinya, para peternak menjual hewan ternak tersebut ke pasar maupun ke
penduduk sekitar desa atau bahkan untuk konsumsi pribadi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Rata-rata
jumlah hewan ternak ayam kampung adalah 19 ekor, dan itik
2.
Pemberian
pakan berupa menir, dedak, nasi, beras, dan sisa makanan lainnya.
3.
Sistem
pemeliharaan semi intensif.
4.
Penyakit
yang sering menyerang flu burung.
5.
Kendala
terbesar adanya hewan pemangsa, seperti biawak, anjing, dan musang
6.
Hewan
ternak dijual di pasar, ke penduduk sekitar, maupun dikinsumsi secara pribadi.
B. Saran
1.
Sebaiknya
pakan yang diberikan memiliki konversi pakan yang cukup sesuai dengan fase
pertumbuhan dan tujuan ternak tersebut dipelihara.
2.
Sebaiknya
hewan ternak dipelihara secara intensif untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3.
Untuk
mencegah timbulnya penyakit seperti flu burung, sebaiknya ternak tersebut
divaksinasi terlebih dahulu.
4.
Sebaiknya
untuk hewan ternak dibuat kandang tertutup dan
bebas dari hewan pemangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Urip.Beternak Ayam Kampung. 2011, online
(diakses pada senin, 28 Mei 2012).
Dinas
Peternakan. Beternak Itik Secara
Intensif.2009, online
pada senin, 28 Mei 2012).